04 July, 2008

AKHIR APRIL BERSAMAMU

Nda, terimakasih, untuk diskusi yang kita gelar semalam, pagi ini terasa lebih hangat dan bergairah, kicau burung gereja bersahutan di atas genting, sesekali menapak di tanah. Sejenak. Terbang lagi hilang dari pandangan, beberapa detik berlalu kembali ia berdendang dengan riang. Burung gereja itu begitu lincahnya. Aku terhanyut menyaksikan kicau dan candanya.

Aku hanya bisa tersenyum sendiri, mengingat kembali kehangatan percakapan tentang seraut kebimbangan yang melekat dihatiku. Aku selalu tak bisa memutuskan, lantaran masing-masing tanah tempat aku berpijak memiliki alasan kuat untuk aku bertahan. Meski kata hati kadang menunjukku untuk tetap tinggal bersama riang burung gereja atau hamparan padi bahkan hamparan ayat-ayat semesta.

Kebimbangan telah merusak sebagian cita, walau ia masih terkait di cakrawala. Kebimbangan juga telah menodai ketulusan yang seharusnya kutegakkan. Begitulah, sahabatku datang untuk menjemput letihku, kau tahu Nda apa yang ia katakan, ia mencibir hatiku yang terkoyak. ”Pergilah kau berlayar ke tanah seberang, rengkuh rindumu, bebaskan dahaga yang menggersangkan tenggorokanmu. Dan sekali-kali jangan pernah menoleh kebelakang, tinggalkan semua cerita dan tahta. Atau engkau ingin tetap tinggal disini untuk menghirup kenikmatan diatas singgasana? ”

Nda, aku tidak tahu, karena yang kurindukan hanyalah kedamaian, jalan lurus dan kesahajaan. Engkau kemudian memberiku jalan dan memusnahkan kebimbangan. ”Engkau tak bisa putuskan hari ini, besok ataupun lusa, diriku pun juga dirimu butuh waktu, disanalah jalannya untuk menggapai RestuNya. Dan bersabarlah”

Aku selalu mengingat kata-katamu, sederhana tapi sanggup menggugah jiwa untuk beranjak tinggalkan kebimbangan dan tetap berjalan menyusuri ruang dan waktu.
Suatu hari nanti akan aku temui.

Ya, seperti nyanyian burung gereja ini.

No comments:

Post a Comment