jangan katakan aku pandai merangkai kata
karena aku bulankah pujangga
melainkan
hanya sekeping lara telah menemukan
dunia pada tatapan matamu
hingga
tak cukup kata bicara
tapi rasa berkelana
Latee, 15 Maret 2010
12 August, 2011
Puisi Kasmaran 1
puisi ini bisu
tak cukup untuk menyampaikan
tembang-tembang bernada cinta
puisi ini hampa
tak mampu berisi satupun makna
kehidupan pun kesempurnaan rasa
puisi ini sunyi
tak sanggup mengucapkan
betapa engkau abadi dalam hati dan pikiran
Latee, 14 Maret 2010
tak cukup untuk menyampaikan
tembang-tembang bernada cinta
puisi ini hampa
tak mampu berisi satupun makna
kehidupan pun kesempurnaan rasa
puisi ini sunyi
tak sanggup mengucapkan
betapa engkau abadi dalam hati dan pikiran
Latee, 14 Maret 2010
Mengarungi Pelayaran Hati
tangan takdir mengulur sebingkai waktu
tiba pada sebuah dermaga berwarna pelangi
biduk dirangkai dari tangis, senyum, harapan
menjadi kapal pelayaran setiap musim
lalu berakhir di laut sepasang hati
rasa telah mengalir pada darah
mencipta energi-energi kehidupan
menjelang maghrib pada sorot mata kita
pelabuhan ini melepas perjalanan
mengarungi samudera menuju benua cinta tak terbatas
Latee, 16 Maret 2010
tiba pada sebuah dermaga berwarna pelangi
biduk dirangkai dari tangis, senyum, harapan
menjadi kapal pelayaran setiap musim
lalu berakhir di laut sepasang hati
rasa telah mengalir pada darah
mencipta energi-energi kehidupan
menjelang maghrib pada sorot mata kita
pelabuhan ini melepas perjalanan
mengarungi samudera menuju benua cinta tak terbatas
Latee, 16 Maret 2010
04 August, 2011
Matinya Kebebasan
Tak ada lagi tersisa bagi sebuah nama
ia telah luntur deras gelombang hati
juga terhapus oleh prasangka
Tak ada kenangan indah terlukis
pada tebing waktu yang curam
kecuali jejak-jejak kelam
Dalam angan buih di bibir pantai
langit dan bumi telah menghanguskan
kenangan itu dalam bencana
Kemudian hening mencatatnya hampa
Purworejo, 18 Pebruari 2002
Sajak Buruh
iring-iringan buruh saatnya pulang
sore hari di pertigaan Rong-erong
dorot matanya menyampaikan
kisah kepedihan yang dalam
Letih tubuhnya menuturkan berabad-abad
penindasan di pabrik pengalengan ikan
perampasan hak asasi
penghisapan atas kemanusiaan
mereka tersenyum dan bercanda
karena baginya jalan ini adalah nasib
Sumenep, Oktober 1999
02 August, 2011
Reuni Bersama Sahabatku, Ina
Masih kuat dalam ingatanku, kita terakhir ketemu di Malang, diskusi panjang lebar tentang dunia, dunia kita, dunia masing-masing. Satu hal yang masih kuingat kuat, waktu itu engkau sedang jenuh dengan gerakan. Sedangkan aku berbagi cerita kehidupan dan berbagi hasil pertemuan strategic planning involvement.
Pagi yang masih buta ini, aku ingat dirimu, dalam catatan pertemanan kita, engkau baik, kita tak jauh berseberangan. Entah kenapa, pagi ini memaksaku untuk menyapamu, menanyakan kabarmu setelah sekian lama jarak dan waktu memagari pertemuan kita. Entah kenapa, aku ingin berbagi denganmu tentang perjalananku yang kelabu, tentang nasib yang dituduhkan kepadaku. ”Ina, apa kabarmu? Lama sekali kita tidak ketemu, kau menghilang sekian lama, aktifitasmu apa saat ini?” beberapa saat Ina membalas ” hai Adin, apa kabar juga? Ganti nomor ya? Aktifitasku masih di gerakan? Kamu bagaimana? Oh, ya, apa kabar organisasi kita?
Akhirnya banyak cerita yang bergulir, tentang perjalanan hidup masing-masing, tentang tragedi, tentang teman-teman dan juga tentang seorang kekasih. Ina, terimakasih atas obrolan kita pagi ini. Salammu untuknya pasti kusampaikan. Kita saling berjanji untuk saling mengabari lagi.
Sebait doa untukmu, semoga Tuhan Yang Maha Kuasa ( yang kuyakini Ia ada), memberi jalan terbaik untukmu, anugerah kehidupan yang paling indah buatmu. Amin. Selamat berjuang sahabat....
Latee, 2 Agustus 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)