25 July, 2007

Catatan 19 Januari

Nda, engkau dimana saat luka menyapa kali pertama dalam hidupku? Malam itu bintang bertaburan menghiasi langit. Cerah Nda, seperti tak akan ada pertanda buruk. Aku masih duduk di beranda menikmati malam dengan sejuta lamunan tentang cinta, kehidupan dan segala yang belum kuketahui dengan baik dan bijak. Dahan pohon jambu menggeliat, daunnya yang sudah menguning jatuh ke tanah, angin hanya sepoi-sepoi, mengiringi lamunanku ke ujung masa depan yang aku belum tahu akan seperti apa dan akan bagaimana warnanya?

Nda, tiba-tiba seorang kawan datang menghampiriku, menyuguhkan sepucuk surat. Aku bergegas membukanya, tak sabar apa gerangan yang ada dalam surat itu. Surat itu memang bukan untukku melainkan untuk kawanku yang datang itu, kulihat wajahnya lesu, tak ada gairah tapi dia cukup menengangkanku. Aku semakin diburu penasaran, dadaku mulai bergemuruh pelan ketika mulai kubaca bait-bait pertama surat itu. Sepertinya penulisnya sedang serius, marah dan bahkan penuh kebencian. Kau tahu Nda? Surat itu memang tidak tertuju untukku, akan tetapi isinya seluruhnya untukku.

Nda, bagaimana mungkin aku tidak terluka? Bagian surat itu mencemoohku, menamparku dengan kepedihan, penghinaan, caci maki dan kebencian yang mendalam. Mencibir akan anugerah cinta, barangkali hingga kini dan ntah hingga kapan?

Catatan luka ini menjadi karibku sepanjang 200 purnama ini. Dan entah kenapa aku ingin menjadi seperti yang dia bayangkan, seperti yang dia pikirkan, seperti yang dia tuduhkan. Aku telah melaluinya penuh kepedihan...keterpaksaan...kepura-puraan. Dan inilah....masa kinikku menjadi berantakan. Hari ini aku mengenangnya kembali, barangkali untuk terakhir kali. Ingin kukatakan SELAMAT TINGGAL LUKA.

19 Januari 2007

No comments:

Post a Comment