22 May, 2010

Melangkah Di Langkak

Nda, aku menelurusi waktu hingga tiba disini, hanya dengan cinta yang dititipkan sejenak dijiwaku, aku melangkah gapai kerinduan. Disini aku sendiri dalam menjalani tugas dan pekerjaanku. Langkak itu adalah nama Desa dimana aku akan menyemai rasa, berbagi cinta dalam duka, nestapa mereka akibat gempa dan malapetaka yang menimpa.

Kau tahu Nda, Tanah ini telah porak poranda, aku sebenarnya hanyalah sejumput debu yang tak pantas singgah dan menemani mereka menata kepedihan menjadi suka cita dan sekelumit senyum. Bukankah aku hanya sebatang ilalang yang tak bersayap? Dengan ketulusan itulah Nda, aku bergegas beranjak dari ranjang mimpiku yang telah kusam. Ternyata aku memang sangat lelah, mereka sulit kuajak jaring matahari, mereka tidak mau aku ajak berendam dalam bulan, merasakan kehangatan cahayanya. mereka telah memiliki kelebihan yang sempurna yang hanya terangkai dalam kata-kata. Mereka telah memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi yang hanya ada dalam Qanun tapi tak kulihat dalam realitas. Tanah ini telah memiliki budayanya sendiri seolah enggan untuk mencipta yang lain atau sekedar tahu yang lain.

Bagaimana mungkin dengan kedua tanganku ini aku mampu merangkul mereka? Sementara mereka telah dirangkul keserakahan dan kesombongan? Bagaimana mungkin dengan sejumput rasaku aku sanggup membagi keseluruh jiwa mereka, sedangkan mereka telah dipenuhi rasa percaya yang melimpah dalam setangkup cawan yang kosong.
Bagaimana mungkin Nda?

Nda,
Seperti bisikanmu semalam, aku tlah hanyut dalam sanubari yang kelu. Engkau tahu, aku hanyalah sebatang ilalang yang telah kering. Matahari menyempurnakan sinarnya hingga aku menjadi parau. Makna kalbu yang kutuang dalam secawan jiwa, menghadirkan seribu warna dalam setiap nafas dan langkah. Begitulah Nda, ketulusan merupakan mahkota tanpa ada tandingannya, ketulusan adalah mutiara dengan kilau yang memijar sepanjang waktu. Dengan itulah aku masih bisa berdiri. Dengan bisikanmu agar aku selalu tegar menjadi kawan bagi seribu resah dalam seribu musim sekalipun.

No comments:

Post a Comment