04 May, 2007

Perjalanan Pelangi

Pagi buta ini gerimis sudah turun, langit tak cerah., kabut masih menyelimuti Gampoeng. Aku menyusuri jalan beraspal, memikul kerinduan yang akan kuungkapkan pada saat langit kembali cerah dengan bingkai pelangi yang mengitarinya. Saat itu tiba, engkau pasti tak dapat bicara. Diam. Tapi matamu menelurusi ke rongga sunyiku, kita bertemu disana, bicara tentang makna setiap langkah dalam menggapai asa, bahkan titipan Tuhan untuk menjaga semesta dengan kasih sayang. Aku terus berjalan, hingga langitpun cerah, dengan awan putih menghias langitmu yang bermahkotakan pelangi.

Aku tiba didepanmu. Kau berdiri tegak, senyummu masih kau simpan, matamu seperti yang sudah kuduga, menyapaku dengan salam kerinduan. Meski barangkali kau berfikir tak percaya, tiba-tiba aku berada didepanmu, diantara sawah-sawah yang membentang dengan sepoi angin menyisir tubuhku yang mulai kaku didekatmu.

Adien, kapan tiba disini? Sapamu masih seperti tak percaya. Nda, aku selalu disini, didekat hatimu bahkan aku ingin selalu dihatimu seperti dulu, dimana kita selalu bicara tentang cinta, kerinduan dan catatan perjalanan. Saat ini semua itu tinggal kenangan yang masih terukir dalam ruang kalbu yang pernah kau tata untukku. Begitu juga dengan cerita kita yang kita ciptakan tidak sekedar angan bahkan begitu sempurna di jalanku.
Nda, kita memang sudah lama tak bicara, tapi yang kutahu kaulah jalanku begitu juga dengan kejujuran, kau tiada tara, cinta menanti dalam ruang sunyi ditemani kelam yang telah jadi pelita. Nda, biarkan aku terus menyongsong sunyi dalam kesendirian. Aku tetap yakin kau selamanya yang bertahta.

Selasa, 12 Desember2006

No comments:

Post a Comment