13 May, 2013

Malam Yang Letih



Kesunyian tiba-tiba menyusup seperti angin yang melewati celah jendela, tapi ini kesunyian saat berada di dekatmu. Kesunyian yang malam ini mengajariku lagi untuk hati-hati, menuntunku untuk melangkah di depan kaca dan memandangiku dari ujung rambut hingga ujung hati, dari sisi lahir hingga batin. Aku diingatkan lagi oleh kesunyian untuk tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang berdampak buruk di masa yang akan datang. Di sudut malam ini letih kubaringkan tak berdaya, terbujur dengan harapan-harapan, mimpi-mimpi yang ditaburi tangis di dalamnya. Letih ini seperti mayat yang kaku, yang tinggal menunggu penguburannya.
Malampun terus merangkak ke sudut sunyi yang terdalam. Engkau tetap di sampingku,  tubuhmu... sedangkan pikiranmu mengunjungi tempat-tempat yang menjadi tanggung jawabmu untuk kau singgahi. Letih yang terkaparpun tak terlihat olemu pun tak ingin dilihat. Membiarkannya letih terperangkap pekat malam dan terjemurus ke jurang sunyi. 

Hingga pagi tiba tak terlihat juga, mendung menghampar langit dan matahari terlelap dalam selimut kabut. Tak ada pagi yang cerah hari ini, karena kesunyian berjalan menyusuri waktu hingga tibanya pagi. Lalu mengubah langit menjadi pekat. Ataukah hari ini malam yang lebih panjang dari biasanya? Tidak. Ini pagi yang berderai air hujan, seolah membantu mewakili tangis yang terpendam. Tangis yang tak terurai air mata tapi tangis yang mengikis hati. 

Ah, sudahlah... “letakkan pikiranmu di sini, lepaskan bebanmu di sini... “ katamu seperti tak memahami datangnya kesunyian sepanjang malam.
Kini, letih itu mematung...

No comments:

Post a Comment