Setelah beberapa bulan kematianmu menjadi duka dan siksa dalam perjalananku, kini engkau tiba dengan wajah baru, menyungging senyum dan membawakan aku setangkup kisah tentang masa. Akupun terpesona dengan kehadiranmu, seolah menghapus barisan kerut yang memenuhi dahiku beberapa bulan terakhir ini dan kembali mengisi cawan yang sudah lama kering, lantaran tak tersentuh hangat kopi perbincangan. Kedatanganmu meneguhkan pepatah yang mengatakan, mati satu tumbuh seribu.
Selamat datang sahabat, aku hanya bisa menyambutmu dengan jabat erat atas kehadiranmu. Aku tak dapat memberimu jamuan istimewa apapun atas kembalinya engkau dalam beranda hati kehidupanku, ketika kerinduanku menjadi lumut membeku atas ketiadaanmu. Atau bahkan aku telah membebanimu, bergunung-gunung kepedihan dan menghujanimu airmata. Aku hanya bisa merangkai kata menjadi cinderamata di dinding hati, mengabadikan namamu seindah warna pelangi pada sketsa persahabatan kita.
Hari-hari dimana kita telah saling berbagi, mengingatkanku lagi, bahwa engkau tak pernah mati, akan tetapi engkau hanya pergi sejenak waktu dan kembali bersama merajut makna perjalanan, bagi kehidupan yang masih panjang, saling mengingatkan dan menjaga tali persahabatan juga persaudaraan.
Terimakasih sahabat,
Engkau menjadi seribu, bagi satu kematianmu terdahulu.
Dan aku percaya engkau tak kan pernah mati lagiā¦.
Semoga.
Latee, 22 Mei 2010
Bagi : Sis, Ray,Soka, Sus, Mey, Yuna, Lala dan Infi. Juga geset dan ibra